Senin, 10 Januari 2011
0
Katakan "Terima Kasih"
Mungkin hal yang saat ini bisa anda lakukan adalah:
Bersikaplah ramah terhadap orang lain.
Perbanyak senyum (kepada orang lain).
Perbanyak pergaulan.
Perbanyak bicara positif.
Suka memuji.
Berani bertanggung jawab.
Bangga terhadap pekerjaan sendiri.
Bangga terhadap pencapaian diri sendiri.
Jangan khawatir, bersuka-rialah, dan lain-lain
Perilaku tersebut adalah hal-hal yang seringkali dipesankan oleh seorang ibu, jikalau beliau masih sehat walafiat, teleponlah beliau sekarang juga untuk berterima kasih kepadanya atas benih-benih proaktif yang ditanamnya di hati anda, saya percaya anda juga sama dengan saya, bersamaan dengan bertambahnya usia, secara perlahan-lahan menemukan kebijaksanaan ayah dan ibu.
Silakan anda sekarang juga mengekspresikan rasa terima kasih anda, mumpung anda sekarang masih bisa mengerjakannya.
Di bawah ini adalah sebuah pedoman pelaksanaan sikap untuk diterapkan:
Beberapa kata ini: “Maafkan saya.” diganti dengan beberapa kata ini: “Terima kasih!”
Jikalau ada orang membentak anda atau menyalahkan anda, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan atau orang lain, juga jangan berkata “Maafkan saya”, atau mengasihani diri sendiri. Asalkan berkata: “Terima Kasih!” sudah cukup.
Ketika ada orang membentak anda, apa yang biasa anda lakukan? Sebagian besar orang langsung membela diri sendiri, mendorong tanggung jawab kepada orang lain, bila tidak demikian ya cepat-cepat meminta maaf.
Jikalau anda telah menyiapkan sikap “Sangat bagus!”, maka tidak akan bereaksi seperti tersebut di atas.
Anda seharusnya berkata kepadanya: “Terima kasih, anda telah membuat saya mengetahui hal ini; sekarang saya sudah mengetahuinya, saya akan segera merubahnya!” Dalam perkataan anda dengan jelas telah menginformasikan semacam penyesalan yang bersifat terselubung, kehendak untuk berubah dan percaya diri yang tak terhingga. Melalui bentuk tindakan proaktif semacam ini, anda sudah menyatakan sikap anda.
”Maafkan saya!” hanyalah semacam kondisi emosional. Jikalau anda dari dasar hati beranggapan seperti itu, maka anda benar-benar akan meminta maaf tiada henti. Jikalau anda ingin ada sedikit perubahan, cukup berkata: “Terima kasih”, selain menyatakan anda telah menerima pendapat pihak lain, perkataan yang menguntit di belakangnya pasti mewujudkan anda mau melakukan sesuatu untuk merubah kondisi sekarang.
“Maafkan saya!” dan “Terima kasih!” perbedaan keduanya adalah: sikap “Sangat Bagus!”
Selain metode “Terima kasih”, anda bisa juga menggunakan cara lainnya: Mengajukan pertanyaan menyelidik. Akan tetapi sebelum anda bertanya, masih perlu berkata “Terima kasih”. Misalkan: “Terima kasih anda mengingatkan saya tentang hal ini, entah apakah anda berkenan memberitahu saya seharusnya bagaimana melakukannya dengan lebih baik, dengan demikian saya juga agak tahu sekarang ini terdapat skema penyelesaian terbaik yang manakah?”
Melalui dialog semacam ini, anda membuat pihak lain mempertimbangkan apa yang telah terjadi dan membangun sebuah model dialog yang bersifat konstruktif.
Tak peduli anda mengambil cara yang bagaimana, “terima kasih” beberapa suku kata ini jelas lebih kuat dibandingkan dengan “maafkan saya” Selain itu bisa membuat anda dalam 3 detik, merombak keadaan negatif menjadi kondisi lurus yang proaktif. Yang paling tak mengenakkan ialah, anda boleh mengajarkan cara tersebut kepada anak anda sendiri.
Bersikaplah ramah terhadap orang lain.
Perbanyak senyum (kepada orang lain).
Perbanyak pergaulan.
Perbanyak bicara positif.
Suka memuji.
Berani bertanggung jawab.
Bangga terhadap pekerjaan sendiri.
Bangga terhadap pencapaian diri sendiri.
Jangan khawatir, bersuka-rialah, dan lain-lain
Perilaku tersebut adalah hal-hal yang seringkali dipesankan oleh seorang ibu, jikalau beliau masih sehat walafiat, teleponlah beliau sekarang juga untuk berterima kasih kepadanya atas benih-benih proaktif yang ditanamnya di hati anda, saya percaya anda juga sama dengan saya, bersamaan dengan bertambahnya usia, secara perlahan-lahan menemukan kebijaksanaan ayah dan ibu.
Silakan anda sekarang juga mengekspresikan rasa terima kasih anda, mumpung anda sekarang masih bisa mengerjakannya.
Di bawah ini adalah sebuah pedoman pelaksanaan sikap untuk diterapkan:
Beberapa kata ini: “Maafkan saya.” diganti dengan beberapa kata ini: “Terima kasih!”
Jikalau ada orang membentak anda atau menyalahkan anda, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan atau orang lain, juga jangan berkata “Maafkan saya”, atau mengasihani diri sendiri. Asalkan berkata: “Terima Kasih!” sudah cukup.
Ketika ada orang membentak anda, apa yang biasa anda lakukan? Sebagian besar orang langsung membela diri sendiri, mendorong tanggung jawab kepada orang lain, bila tidak demikian ya cepat-cepat meminta maaf.
Jikalau anda telah menyiapkan sikap “Sangat bagus!”, maka tidak akan bereaksi seperti tersebut di atas.
Anda seharusnya berkata kepadanya: “Terima kasih, anda telah membuat saya mengetahui hal ini; sekarang saya sudah mengetahuinya, saya akan segera merubahnya!” Dalam perkataan anda dengan jelas telah menginformasikan semacam penyesalan yang bersifat terselubung, kehendak untuk berubah dan percaya diri yang tak terhingga. Melalui bentuk tindakan proaktif semacam ini, anda sudah menyatakan sikap anda.
”Maafkan saya!” hanyalah semacam kondisi emosional. Jikalau anda dari dasar hati beranggapan seperti itu, maka anda benar-benar akan meminta maaf tiada henti. Jikalau anda ingin ada sedikit perubahan, cukup berkata: “Terima kasih”, selain menyatakan anda telah menerima pendapat pihak lain, perkataan yang menguntit di belakangnya pasti mewujudkan anda mau melakukan sesuatu untuk merubah kondisi sekarang.
“Maafkan saya!” dan “Terima kasih!” perbedaan keduanya adalah: sikap “Sangat Bagus!”
Selain metode “Terima kasih”, anda bisa juga menggunakan cara lainnya: Mengajukan pertanyaan menyelidik. Akan tetapi sebelum anda bertanya, masih perlu berkata “Terima kasih”. Misalkan: “Terima kasih anda mengingatkan saya tentang hal ini, entah apakah anda berkenan memberitahu saya seharusnya bagaimana melakukannya dengan lebih baik, dengan demikian saya juga agak tahu sekarang ini terdapat skema penyelesaian terbaik yang manakah?”
Melalui dialog semacam ini, anda membuat pihak lain mempertimbangkan apa yang telah terjadi dan membangun sebuah model dialog yang bersifat konstruktif.
Tak peduli anda mengambil cara yang bagaimana, “terima kasih” beberapa suku kata ini jelas lebih kuat dibandingkan dengan “maafkan saya” Selain itu bisa membuat anda dalam 3 detik, merombak keadaan negatif menjadi kondisi lurus yang proaktif. Yang paling tak mengenakkan ialah, anda boleh mengajarkan cara tersebut kepada anak anda sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Katakan "Terima Kasih"”
Posting Komentar